CERITA DEWASA SEORANG PENARI JALANAN MENIKMATI SEX

CERITA DEWASA SEORANG PENARI JALANAN MENIKMATI SEX

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA DEWASA SEORANG PENARI JALANAN MENIKMATI SEX, Hasrat-Bispak01 Seluruh orang didalamnya harus berusaha serta berkorban supaya tidak terdepak, dan tidak semuanya jalan yang dapat dilintasi itu terang-benderang…Izinkan saya ceritakan cerita hidup saya. Nama saya Darmini, namun orang gak banyak yang mengenali nama asli saya. Bapak dan Simbok panggil saya Denok, itu panggilan biasa buat anak wanita di daerah saya, tetapi maknanya gak hanya itu. Denok pula bermakna montok alias sintal, dan ternyata makna itu yang lebih dikenang beberapa orang di kehidupan saya di Ibu-kota. Waktu kecil saya dihabiskan di daerah, jauh dari Ibu-kota. Saya anak satu satunya Bapak dan Simbok, satu keluarga petani penggarap yang tidak berpunya. Mulai sejak kecil saya diajari menari oleh Simbok, sebab beliau sendiri waktu muda yaitu seorang penari, dan masih ditanggap bila ada acara di daerah. Sayang, kehidupan kami yang damai di daerah berhenti saat satu hari saya serta Simbok temukan Bapak menggantung diri. Rupanya Bapak miliki banyak hutang karena hilang ingatan judi, serta beliau tidak bisa membayar hutangnya itu. Kami terang berduka lantaran Bapak telah tidak ada, namun juga kebingungan lantaran beberapa waktu sesudah Bapak dikebumikan, kami ditendang dari rumah sebab rumah kami diambil broker judi yang berikan hutang terhadap Bapak. Kami tidak mempunyai daerah tujuan, dan uang simpanan kami gak berapa. Simbok selanjutnya ngotot ajak saya berpindah ke Ibu-kota cari penghidupan.

"Denok, kita nggak dapat apapun kembali di sini, di kota kita dapat coba mencari uang, semoga dari sana mendingan ketimbang di sini," kata Simbok.

Saya sekedar alumnus SMP, Simbok alumnus SD. Kami sama gak sadar hidup di Ibu-kota demikian beratnya. Melamar pekerjaan ke sana-kemari, tidak diterima sebab dikira pengajaran kurang tinggi. Mencari kerja yang tidak butuh ijazah, tandingan sangat banyak. Pada akhirnya sehabis lumayan lama mengamati beberapa peluang yang ada, Simbok memilih untuk memakai keterampilan kami. 

CERITA DEWASA SEORANG PENARI JALANAN MENIKMATI SEX

Dengan modal busana serta perabotan yang kami membawa dari daerah, dan radio tape sisa serta kaset-kaset musik tradisionil yang kami membeli dari pasar loak dengan tersisa uang, awalilah kami berdua jadi penari jalanan. 

Waktu gadis-gadis seumur saya yang di kota sedang bersiap ujian akhir SMA atau melalui tahun awalan kuliah, serta yang di kampung menanti dijodohkan oleh orangtuanya, saya memulai jalani kehidupan anyar, menawarkan ketrampilan seni tari bersama Simbok. Sebelumnya kami berkeliling-keliling Ibu-kota, cuman cari keramaian di mana kami dapat mendapat beberapa lembar rupiah buat bertahan hidup. Kami biasa mulai pagi-pagi, mengevaluasi jalanan Ibu-kota buat cari beberapa orang yang pengen kami hibur dengan tarian kami. Rupanya gak ringan pula cari uang melalui langkah sesuai ini, paling-paling yang kami peroleh cukup hanya untuk makan kami berdua, satu atau 2x di hari itu. Dan gak di semuanya tempat kami dapat memperoleh pemirsa yang siap bayar, kadangkala kami justru ditendang atau dihardik. Sesudah lumayan lama, kami bertemu tempat di mana kami dapat selalu bisa pirsawan serta uang: satu pasar induk yang lumayan besar, dan lingkungan disekitarnya. Kami juga sewa satu kamar sewa murah di dekat Pasar. Banyak orang-orang di Pasar, asal dari kelompok menengah ke bawah, haus selingan murah yang dapat membikin mereka ingat daerah semasing. Kedatangan kami di situ selalu disongsong senyuman, tawa, serta helai-lembar uang yang kumal hasil perasan keringat mereka. Meskipun seringkali helai-lembar itu diserahkan kepada kami kurang santun misalkan dengan disembunyikan ke kemeja kami. Apa saya dan Simbok benar-benar merayu? Tidak tahu ya. Saya sendiri tidak terasa elok. Sebagai anak petani yang kerap main di luar semenjak kecil, kulit saya jadi lumayan gelap terbakar matahari. Tetapi Simbok pula sejak dahulu terus mengarahkan dan memperingatkan saya untuk menjaga badan walaupun secara simpel, jadi meski sawo masak, kulit saya masih mulus serta tidak jerawatan manalagi bopeng-bopeng lho.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Oh iya, barusan kan saya udah narasi makna nama panggilan saya, Denok. Dipertimbangkan betul pun sich jika dikatakan saya montok. Tak tahu mengapa, meskipun rasanya dari kecil makanan saya bergizi ngepas, kok tetap tubuh saya bisa-bisa ya. Sebelumnya remaja saja tetek saya udah tumbuh, dan saat ini jadi subur gumebyur hingga saya selalu was-was dengan kemben saya tiap-tiap kali menari. Pantat saya  cepat lantaran dibuat latihan olah badan dalam tarian. Ada yang katakan bahenol, saya sich matur nuwun saja jika ada yang kira demikian. Bingungnya, biarpun atas bawah besar, tengahnya tidak turut besar, perut serta pinggang saya masih singset. Saya kira masih singset masalahnya kelihatannya kelak tubuh saya akan menjadi seperti tubuh Simbok, tengahnya mulai ikut-ikutan lebar. Nach, bila Simbok itu elok. Hingga sampai usia begitu juga beliau masih elok. cerpensex.com Manalagi apabila sudah gunakan sanggul serta dandan, wuihh. Seluruh orang nengok serta gak saksikan apapun kembali. Saya sendiri terus terasa buruk lho jika tampil bersama Simbok. Ah, namun sedunia sekedar saya sendiri yang nganggap muka saya tidak baik. Kecuali Simbok, beberapa orang yang umum menonton kami menari kok seluruhnya ngomong saya elok. Saya berpikir, itu sich pinter-pinternya Simbok menghias saya saja. Waktu pertamanya kali didandani buat ngamen, saya protes, kok ribet benar-benar. Rambut perlu disasak, disanggul, disunggar, gunakan tusuk serta kembang. Muka perlu dibedaki tebal-tebal, hingga sampai berbeda warna dengan tubuh. Barangkali tinggal tahi lalat di pipi saya saja yang gak ketutupan. Alis saya yang udah tebal dibuat jadi tebal. Bibir  diberikan gincu warna merah keren. Saya kala itu ngeluh,

"Kok telah seperti penganten saja, Mbok."

Simbok menjawab, "Yang bernama penari itu tidak bisa biasa saja, nduk. Perlu kinclong, manglingi. Kita harus membikin puas yang tonton."

Lambat-laun saya biasa pun pakai dandanan semacam itu, justru saya bikin jadi guyonan sama Simbok.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Mbok, saya wis setiap hari terbentuk penganten, nanti bila nikah betulan harus seperti apakah diriasnya?" Dandan paras yang tebal jadi sisi seragam kerja saya, seperti sama kemben, kain batik, serta selendang. 

Namun betul-betul yang bernama nasib itu jalannya gak ada yang ketahui. 2 bulan kami ada di dekat Pasar, bencana hadir kembali. Waktu lagi nyebrang jalan, Simbok ketabrak mobil. Cedera kritis. Saya kuatir, beberapa orang di kitaran beramai-ramai ngangkut Simbok ke rumah sakit. Namun Simbok tidak terselamatkan. Simbok wafat di rumah sakit sesudah 2 hari dua malam usaha ditolong dokter di situ. Sebetulnya semenjak ketabrak pula Simbok telah tidak ada angan-angan, namun tidak tahu mengapa beliau lama sekali wafatnya. Sekaratnya hingga sepanjang hari. Sampai tidak sampai hati saya menyaksikannya. Masa itu ada yang bisik-bisik, kemungkinan Simbok pasang susuk, karena itu kematiannya sulit. Orang kok sampai hati ya bicara semacam itu. Tetapi apa itu betul atau gak, saya tidak ingin tahu, biarkanlah itu dapat menjadi rahasia Simbok. Saya selanjutnya sendirian di Ibu-kota, seperginya Simbok. Ditambahkan lagi, uang habis untuk mbayar rumah sakit serta penyemayaman, justru harus berutang kemanapun. Saya gak sanggup menggelar acara jenis-jenis buat Simbok, cuman dapat doakan sendiri mudah-mudahan sukma Simbok dapat tenang di alam sana dan berjumpa kembali dengan Bapak. Satu minggu lebih saya di kontrak saja lantaran begitu sendu. Kemungkinan tiap hari saya menangis, bersedih ingat Simbok,  kesepian. Selanjutnya saya memaksakan diri buat keluar kembali, ngamen kembali, lantaran uang telah habis serta saya pun harus lawan beberapa tukang tagih hutang yang tak mau tahu persoalan saya . Sehingga, 1 minggu setelah Simbok disemayamkan, saya kembali persiapan buat keluar, menari. Didepan cermin saya tata rambut saya sendiri, saya pasang sanggul dan kembang, saya bedaki muka saya supaya gak tampak beberapa bekas menangis, saya gunakan kembali kemben serta kain, saya sampirkan selendang di leher. 

CERITA DEWASA SEORANG PENARI JALANAN MENIKMATI SEX

Ealah, cocok keluar kamar saya justru bertemu dengan ibu yang mempunyai sewaan. Sang ibu gak pakai basa-basi langsung tagih tunggakan dua bulan. Saya gak mempunyai uang, jadi saya sekedar dapat katakan maaf, serta sang ibu malahan ngancam secara lembut. Gak apapun tidak bayar, ucapnya, tetapi esok kamu keluar tempat saya. Haduh biyung, kok gak habis-habis ya kendala untuk saya. Saya ingin upaya dahulu, kata saya, kelak akan saya bayar. Hari itu saya pergi ngamen, usaha mencari uang buat hidup.

Naasnya, hari itu pasar lumayan sepi, dan setelah dua jam saya anyar bisa Rp5000 selepas menari di pangkalan ojek. Saya gak dapat fokus, kepala dipenuhi dengan ingatan, bagaimana triknya biar kelak kalaupun pulang telah mempunyai cukup uang buat bayar kontrak. Belum beberapa utang yang lain. Saat siang, saya sedang jalan di barisan beberapa toko besar dari sisi Pasar. Serta di muka toko beras terbesar di Pasar, saya menyaksikan Juragan tengah mengalkulasi segepok uang. Beliau baru-baru ini terima banyak uang, ternyata ada orang yang habis mborong. Saya masa itu hanya mengenal beliau sebagai ‘Juragan'. Beliau pemilik toko beras yang besar itu. Beliau udah tua, lebih tua dibanding Simbok, kemungkinan umurnya telah 50 atau 60 tahun. Kepalanya nyaris botak, rambutnya tipis beruban, kumis dan jenggotnya jarang. Tubuhnya besar dan perutnya gemuk. Sekali 2x saya dan Simbok pernah menari di muka tokonya, serta pegawai-pegawainya berikan kami uang tetapi beliau tak. Namun beliau pernah pinjamkan uang ke Simbok, serta Simbok sempat mengembalikannya. Saya beranikan diri mendekati Juragan. Ia sendirian di muka toko, sementara anak buahnya repot di serta berada di belakang. Tokonya tengah sepi, tak ada konsumen.

"Juragan," pinta saya. "Anu… saya…"

Juragan memandang saya dengan acuh. "Ada apakah, Denok?"

"…saya… saya…" Duh, saya tidak kuat bilangnya. Namun saya mesti omong. "…saya bisa pinjam uang, Juragan? Uang saya udah habis untuk ongkos penyemayaman Simbok… 

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

saat ini saya harus bayar kontrak dua bulan…"

"Hah?" Juragan memandang saya dengan aneh, "Kamu butuh uang?"

"Tolong, Juragan," saya memohon kembali, "Saya telah ditagih, ini hari mesti ada, atau saya ditendang. Saya janji bakal balikkan selekas mungkin." WAJIB 4D

Eh, kok Juragan langsung menyimpan segepok uang barusan ia hitung-hitung.

"Denok," kata beliau dengan dingin, "Saya ini pedagang, bukan tukang memberikan hutang. Kamu penting uang? Kerja sana. Atau kamu berjualan saja."

"Saya saat ini pula kembali kerja, Juragan," saya geram namun tak berani menunjukkan; kayaknya Juragan tidak ingin pinjamkan uang. "Cuman ngerinya saya tidak dapat cukup dapat uang ini hari buat membayar sewaan. Bila berjualan, saya nggak punyai apapun, perlu jual apa?"

Tetapi lalu tatapan Juragan kok beralih menjadi aneh… Beliau dekati saya serta merengkuh saya. Tangannya yang besar itu menggenggam pundak saya.

"Siapa yang omong kamu tidak punyai apapun?" bisiknya. "Tubuh kamu bagus, Denok. Saya ingin kok mbayar buat itu." Beliau tarik badan saya merapat ke tubuhnya, hingga sampai pipi saya menempel dari sisi dadanya yang gendut.

"Ihh?!" saya terkejut dengar bisikan Juragan itu. Duh, inikah yang bernama bisikan iblis? "Tubuh… saya?" Bisikan Juragan lagi terngiang di kepala saya. Bergidik bulu-bulu kuduk saya mengandaikan apa tujuannya itu.

"Bila kamu pengin, Denok, saya lunasi bill kontrakanmu yang 2 bulan itu sekaligus mbayar untuk bulan kedepan," bisik Juragan kembali.

Duh, biyung, saya perlu bagaimana? Saya penting uang, tetapi apa harus secara sebagai berikut? Namun jika tidak, bagaimana kembali? Yang ada saya dapat ditendang, nggelandang, dan…ujung-ujungnya sama juga. Saya tidak punyai alternatif lain…

"…mau, Juragan…" saya berbisik, lirih sekali sampai tidak terdengaran. Kalaupun saja gak ketutupan bedak, barangkali telah tampak muka saya beralih merah seperti cabai.

Juragan tertawa, tubuhnya yang gemuk itu hingga sampai tergoyang-guncang. "Bagus, Denok. Mari turut saya. Kamu ikutin saja kataku, kelak kubayar kamu, ya?"

CERITA DEWASA SEORANG PENARI JALANAN MENIKMATI SEX

Lantai atas toko beras itu rumah Juragan. Juragan bawa saya naik tangga dari sisi toko, masuk ke tempat tinggalnya. Juragan rupanya tinggal sendirian. Saya ingin tahu, apa Juragan gak miliki istri? Kami masuk rumah Juragan. Saya selalu menyaksikani lantai, tak berani membawa kepala, namun terkadang saya ngintip ke sana-kemari memandang kondisi.

Juragan ternyata tinggal sendirian di atas tokonya. Ada photo tua yang memperlihatkan Juragan dengan seseorang wanita—istrinya kah? Juragan merengkuh tangan saya masuk ke satu kamar. Ruangan tidurnya. Ia suruh saya duduk di dipan. Saya duduk, sembari tundukkan kepala. Juragan berdiri di muka saya, mempelajari sekujur badan saya. Ia sentuh dagu saya, sembari ngomong,

"Denok, angkat kepalamu, tonton saya." Saya nurut. Kemungkinan ia saksikan mata saya ketakutan 1/2 mati.

"Membuka kembenmu," ucapnya.

Ia letakkan selembar uang Rp50.000 dari sisi saya. Saya melihat, lihat uang itu. Besar sekali untuk saya. Kebanyakan sepanjang hari menari saya tak sempat mendapat uang sejumlah itu. Tetapi saya selalu ragu-ragu. Juragan mendadak ingin ambil kembali uang itu.

"Kalaupun tak mau ya telah," tuturnya dengan suara kurang suka.

Tetapi saya tahan uang itu dengan tangan saya, lalu saya ngangguk. Haduh, Simbok, Bapak, maafkan saya. Saya terlepas ikatan kemben di punggung saya, lalu perlahan-lahan saya urai belitan kain kemben merah yang membebat tubuh saya. Cocok tinggal selembar belitan yang tutup tetek saya, saya jadi malu, dan saya tahan selembar itu dengan lengan saya. Juragan tersenyum menyaksikan saya.

"Wahh…susu kamu besar, ya? Membikin orang hasrat ajah…" saya saksikan Juragan nyengir lebar sehabis bicara itu. sumpah, baru kesempatan ini ada laki laki terang-terangan ngaku semacam itu.

Helai uang lima puluh ribu tadi diletakkan Juragan di sisi saya ia mengambil, lipat, lalu ia sisipkan ke… aduh! Ia imbuhkan ke belahan dada saya!

"Itu untuk kamu, Denok," ujarnya. Duh, gak yakin rasanya. Awalnya saya dan Simbok perlu menari sepanjang hari.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

hingga sampai pegal-pegal, buat memperoleh duit kurang dari 5 puluh ribu. Tapi… saat ini saya dapat duit sejumlah itu … kok mudah sekali?

"Betulan buat saya…?" Tetap tak yakin, saya bertanya kembali.

"Iya… asal kamu membuka segalanya," kata Juragan sembari menyeringai. "Tubuh kamu bagus, Denok. Montok… bahenol…"

Duh, apa artinya itu? Apa Juragan senang dengan badan saya? Seumur-umur belum sempat ada orang yang omong itu ke saya… Jantung saya deg-degan dengarnya. Juragan menarik kain kemben masih ditahan tangan saya, serta kainnya melaju demikian saja tanpa ada saya tahan. Saya masih tutupi gunung kembar saya dengan ke-2  tangan. Aduh… malu sekali rasanya, telanjang di muka orang lain…Tapi saya bisa memperoleh uang…

"Nach, Denok, saat ini membuka kainnya, ya?" saat ini Juragan mohon saya membuka pun kain batik coklat yang saya gunakan.

Kemungkinan sebab barusan saya malu serta pelan satu kali membuka kemben, Juragan dekati saya serta membeberkan kain batik saya. Saya langsung mundur, namun tangan Juragan lalu menggenggam bahu saya.

"Gak boleh takut, Denok…" tuturnya.

Juragan  menggenggam paha saya masih yang beberapa tertutup kain batik. Ia remas sedikit paha saya. Suara "Eihh" keluar mulut saya, malu sebab sentuhan Juragan. Tangannya lalu nyelip ke bawah kain saya! Kulit tangan Juragan bersinggungan dengan kulit paha saya, dan saya semakin deg-degan. Ia selalu remas-remas paha saya. Saya nggigit bibir, takut keluar suara beberapa macam dari mulut saya. Tangan satunya lagi nyibak kain saya, sampai ke dekat pinggang… Duh, biyung, lagi diapakan saya ini? Kain saya tinggal nyangkut di pinggang saja, sementara ke-2  kaki, betis, dengkul, hingga sampai paha saya telah dikeluarkan dari balutnya, sedikit kembali kancut saya nampak!

"Rebah saja, Denok!" suruh Juragan.

Saya nuruti perintahnya, perlahan-lahan saya rebahkan tubuh atas saya. Ke-2  tangan saya selalu nutupi sepasang tetek saya. Sanggul yang masih belum saya lepas ngganjal belakang kepala saya.

CERITA DEWASA SEORANG PENARI JALANAN MENIKMATI SEX

Dan sembari saya tiduran itu, tangan Juragan berlaga sangkutan paling akhir kain saya di pinggang. Aduhhh biyung. Ke-2  tangan saya untuk pekerjaan: satu membentang di muka dada, satu turun ke bawah nutupi kancut saya.

Saya sangsi, namun gak tahu mengapa, saya pula kok merasa hasrat saya bangun? Aduh? Kok berikut ini jadi? Juragan terus terusan menyaksikan sekujur badan saya, sembari beri pujian.

"Marilah donk, gak mesti tertutupin," kata Juragan. "Tanganmu disingkirin donk? Denok, jika kamu pengen kupegang, kutambah dua puluh ribu, ya…

Ke-2  tangan saya digenggam Juragan, lalu perlahan-lahan ditempatkan dari sisi tubuh saya. Duh, bubar dech pertahanan saya. Saat ini susu saya gak ada kembali yang tutupi. Saat ini kancut saya nampak.

"Euh… Juragan… pengin pegang?" kata saya kebingungan. "Ja… jadi saat ini tujuh puluh ribu?"

BERSAMBUNG....

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama